Komponen dasar yang terdapat pada
kamera DSLR (sebagian terdapat juga pada
kameraRangefinder), yaitu:
·
Lensa
·
Diafragma (Aperture)
·
Rana (Shutter)
·
Sensor gambar digital (Digital Image Sensor)
·
Memory Card
·
Layar LCD
·
Flash eksternal
·
Jendela bidik (viewfinder)
Lensa
Lensa
Sebuah lensa merupakan
serangkaian elemen canggih yang biasanya terbuat dari kaca.
Lensa dibentuk untuk membiaskan dan memfokuskan pantulan cahaya dari objek
pada titik-titik tertentu. Sebelum membentuk gambar, interaksi pertama dengan
pantulan cahaya yang datang dari objek adalah melalui sebuah lensa kamera.
Jenis-Jenis Lensa Secara Umum:
Meskipun ada banyak sub
kategori jenis lensa, pada dasarnya jenis lensa yang umum
dikenal adalahtele, wideangle, zoom, dan prima. Semua lensa
ini melakukan fungsi dasar yang sama yaitu menangkap cahaya
reflektif dari subjek dan memfokuskan pada sensor gambar
namun caramengirimkan cahaya yang dipantulkan objek berbeda.
Lensa Tele;
Karakteristik dari lensa ini adalah mendekatkan objek tetapi mempersempit
sudut pandang. Lensa ini biasanya digunakan oleh fotografer olahraga
dan fotografer binatang liar untuk mengambil objek foto yang jaraknya
jauh.
Lensa Sudut Lebar (Wide Angle); Lensa ini kebalikan dari lensa tele
yaitu lensa yang mempunyai focal length pendek. Karakter lensa ini adalah
membuat subjek lebih kecil dari pada ukuran sebenarnya dan dapat digunakan untuk
menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit.
3. Lensa Zoom; Lensa zoom memiliki kemampuan
untuk mengubah focal length dari wide angle ke standar dan dari standar ke zoom
sehingga sangat fleksibel untuk digunakan karena memiliki rentang focal length
yang cukup lebar. Lensa jenis ini di kenal juga sebagai lensa sapu jagad,
akan tetapi lensa ini rawan getar, maka dari itu lensa zoom yang memiliki Image
Stabilization sangat dianjurkan.
4.
4. Lensa Prime atau Fixed Lens; Lensa yang hanya memiliki satu
rentang fokal sehingga tidak bisa menggunakan zoom. Untuk yang baru belajar
fotografi, lensa prime lensa yan baik untuk belajar karena Anda dipaksa untuk
bergerak dan mengambil sudut pandang yang lebih baik
Diafragma (Aperture) atau Bukaan Lensa
Aperture adalah bukaan
pada lensa untuk mengatur volume cahaya yang masuk menuju sensor gambar
digital. Eksposure dari sebuah gambar ditentukan oleh kombinasi kecepatan rana
(Shutter Speed) dan bukaan Aperture. Bukaan Aperture yang besar akan memberikan
cahaya lebih banyak melewati lensa. Aperture diukur dalam f-stop dan setiap
stop melambangkan jumlah cahaya yang diterima. Aperture jika dikombinasikan
dengan Focal Length akan menentukan ketajaman dari gambar yang dihasilkan
(Depth of Field).
f-stop
Fotografer melakukan
penyesuaian bukaan Aperture dengan mengatur f-stop. f-stop merupakan rasio
dari focal length lensa terhadap diameter bukaan Aperture.
Sebagai contoh, lensa dengan focal length 50mm dan diameter bukaan Aperture
12.5mm akan menghasilkan nilai f-stop f4 (50 ÷ 12.5 = 4). Jadi semakin
besar nilai numerik f-stop, bukaan Aperture semakin kecil. Contoh jika di set
f2 maka bukaan Aperture adalah besar dan jika di set f22 maka bukaan Aperture
adalah kecil.
Ketajaman Gambar
(Depth of Field, DoF)
DoF adalah bidang
gambar yang fokus dari latar depan (foreground) dan latar belakang
(background) yang ditentukan oleh kombinasi kombinasi bukaan Aperture dan Focal
Length lensa. Aperture yang kecil akan menghasilkan DoF yang lebih besar. Misal
jika Aperture di set f2 maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, artinya
fokus yang ditangkap kamera hanya tertuju pada objek itu sendiri sementara
foreground dan background nya akan blur. Jika Aperture di set f22 maka akan
menghasilkan ruang tajam yang besar, artinya fokus akan didapat pada
foreground, background dan objek itu sendiri.
Kesimpulannya, ketajaman gambar (DoF) bergantung kepada:
·
Aperture, semakin kecil Aperture semakin besar DoF.
·
Focal Length, semakin panjang Focal Length semakin kecil DoF.
·
Jarak pemotretan, semakin dekat jarak pemotretan semakin kecil DoF.
Shutter (Rana)
Shutter adalah suatu mekanisme untuk mengontrol durasi cahaya yang masuk ke
kamera menuju sensor gambar digital yang diaktifkan ketika menekan tombol untuk
memotret. Ketika kamera dalam keadaan diam, maka shutter akan menutupi semua
bagian sensor dan posisi cermin pantul (reflexing mirror) ke arah bawah
sehingga mata dapat melihat objek yang akan di foto. Ketika tombol untuk
memotret ditekan, maka posisi cermin pantul menutup keatas dan bersamaan dengan
itu Shutter akan membuka dan membiarkan cahaya masuk menuju sensor.
Lamanya durasi cahaya yang masuk disebut
dengan Shutter Speed, satuannya dalam rentang detik dan 1/sekian detik.
Biasanya diset dalam interval “1 stop“, sama halnya dengan aperture, setiap
penambahan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi 2 kalinya dan
sebaliknya setiap pengurangan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi ½
kalinya. Range intervalnya adalah sebagai berikut:
…1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2 ,1, 2, 4, 8,
15, 30….
Semakin ke kiri berarti semakin cepat kecepatan shutternya dan semakin
sedikit cahaya yang bisa masuk, sebaliknya semakin ke kanan, berarti semakin
lambat kecepatan shutternya dan semakin banyak cahaya yang masuk.
Slow Shutter Speed
Teknik ini menggunakan Shutter Speed yang rendah (angka yang besar), biasa
digunakan untuk kondisi pencahayaan yang kurang. Shutter nya dibiarkan terbuka
lebih lama agar cahaya yang masuk semakin banyak untuk menghasilkan objek yang
diinginkan. Pada Slow Shutter Speed disarankan untuk menggunakan tripod untuk
mencegah kamera goyang pada saat pengambilan gambar yang akan menghasilkan
gambar yang blur atau berbayang.
High Shutter Speed
Pada teknik ini
Shutter Speed berkecepatan tinggi (angka yang kecil), teknik ini berguna untuk
menagkap suatu momen dengan cepat, biasanya digunkan untuk fotografi olahraga,
satwa, dll.
ISO
Hal
yg perlu diketahui adalah ISO. kata ISO sama dgn ASA seperti pada kamera manual
yang memakai roll film. Cuma yg perlu anda ketahui, semakin rendahnya angka ISO
seperti 100, tingkat kepekaan cahayanya semakin kecil maksutnya jika memotret
di dalam ruangan agak remang2 dengan menggunakan ISO 100 (rendah) maka hasilnya
akan gelap, tapi lihat kebutuhan juga karena kadang memang disengaja untuk
mendapat hasil yg dramatis, biasanya kalau saya ISO 100 dipakai waktu outdoor
dan cuaca cerah.
Begitu
sebaliknya semakin tinggi nilai ISO misalnya 1600, semakin besar tingkat
kepekaan cahayanya, biasanya ISO 1600 digunakan pada saat situasi terjepit
misalnya tidak boleh menggunakan flash dan kondisi ruangan gelap, hasilnya
mungkin bisa terang tapi gambar kasar (noise), seperti bintik2 warna warni.
kalau
saya sendiri misalnya motret di ruangan, saya pakai ISO 200 juga terkadang 400,
untuk 800 dan 1600 sangat jarang, tergantung kebutuhan.
0 komentar:
Posting Komentar